Monday, January 22, 2007

Yang (Nampak) Sulit Berubah Seiring Perubahan Zaman

Makkah, 7 Masehi. Kisah seorang Bilal, budak hitam asal Etiopia. Disiksa oleh tuannya, lantaran menganut kepercayaan terlarang di tanah Quraisy. Laki-laki pemalu itu menganut sebuah kepercayaan yang mengakui kesetaraan derajat manusia. Bilal beruntung. Dia dibebaskan oleh "seorang pemimpin" (begitu Umar bin Khattab menyebut Abu Bakar yg membebaskan Bilal). Dengan perlahan, bertahap serta hikmah, Tuhan Bilal pun menghapuskan praktek ketidaksetaraan antar-manusia yang seperti dialami Bilal.

2006, di Kota Seribu Gereja. Laki-laki itu berbincang dengan seorang temannya. Hatinya tersentak ketika temannya menyinggung tentang budak di zaman ini. Budak? Bagaimana maksudnya? Laki-laki itu bertanya. Sang teman menjawab, ya, budak. Itu lho, ada banyak yg dari Afrika, Filipina, dan Indonesia juga ada. Hah? Laki-laki itu membatin. Maksudnya tenaga kerja asing yang jadi pembantu/khadimat mungkin. Tapi, kenapa mereka dianggap budak? Laki-laki itu tidak habis pikir. Kesal. Sulit baginya untuk melupakan kata-kata temannya itu, yang terngiang-ngiang dan membuat panas di telinganya sampai empat hari berikutnya. Tega-teganya berkata "brother/sister" di satu sisi, tapi memandang "brother/sister"nya lebih rendah. Ke mana "inna akramakum 'indallahi atqaakum" (sebaik-baik di antara kamu adalah yang bertakwa)-nya?

Doha, 2007. Perempuan itu lompat dari jendela, lima meter tingginya. Dia tidak kuat lagi menahan siksaan dari majikannya yang Arab. Tulang pinggulnya retak, rusak parah. Sedih rasanya. Pengaruh pola pikir primitif non-Islami yang belum berubah-kah? Padahal Allah sudah menghapuskannya dengan ahsan dan bertahap, jauh sebelum Amerika mengkampanyekan human rights-nya, Konferensi Jenewa, atau Undang-Undang HAM di mana pun.


(lihat http://arsipfad.multiply.com/tag/perbudakan) gs.sapo.pt at 22-jan-07~

2 comments:

Anonymous said...

adakah sang umar bin khattab yang membebaskan Bilal di jaman seperti ini....

Anonymous said...

mungkin (dan mari coba percaya) masih ada, walau kita nggak kenal. seperti mutiara di antara lumpur. :)

tapi mari coba yakin masih ada orang2 seperti itu di dunia ini.